Biografi Syekh Mundzir Nadzir Pengarang Kitab Qowa’idul I’lal
Biografi Syekh Mundzir Nadzir Pengarang Kitab Qowa’idul I’lal
Syekh Mundzir Nadzir Pakar Qowa’idul I’lal Dari Kertosono
Nama ulama’ asal Sekaran Ngronggot Kertososno ini mungkin tidak asing lagi bagi peminat ilmu Nahwu Shorof. Beliau adalah salah seorang pengarang kitab Qowa’idul I’lal yang hingga kini masih banyak dikaji di pesantren-pesantren salaf di Indonesia yakni, kitab ‘قَوَاعِدُ الإِعْلاَل فِي الصَّرْفِ لِلْمَدَارِسِ الإِبْتِدَائِيَّةِ’.
Kitab ini menjadi rujukan di beberapa pesantren di Indonesia, selain karena kitab ini sangat ringkas dan mencakup seluruh model/cara pengi’lalan yang berjumlah 19 kaidah menggunakan bahasa Arab dan bahasa Jawa yang di tulis dengan menggunakan tulisan pegon..
Dengan pembukaan I yang membahas tentang bina’ secara terperinci dalam bahasa jawa, pembukaan II berisi latar belakang penulisan kitab, dan materi Qowa’idul I’lal yang mencantumkan kaidah I’lal dalam bahasa Arab kemudian dijelaskan ke dalam bahasa jawa lalu dicantumkan contoh proses pengi’lalan dengan menggunakan bahasa Arab (hanya berisi 19 kaidah dengan sedikit tambahan), pembahasannya pun tidak terlalu rumit sehingga mudah dipelajari.
Terlebih lagi karena di sana terdapat keterangan berbahasa Jawa yang memudahkan para pembacanya yang berasal dari Jawa.
“و كتبتها على طريق حصر سهل ليسهل على المبتدئ حفظها و فهمها”
Saya menulisnya dengan bahasa yang ringkas dan mudah untuk memudahkan pemula dalam menghafal dan memahaminya
ungkap beliau dalam mukaddimah kitab ini.
Syekh Mundzir Nadzir adalah putra pertama dari bapak KH. Nadzir Kertosono dan ibu Hannah. Saudara beliau berjumlah 5 orang, yakni: Danial, Dewi Rohilah, Asma’ul Husna, Ilham Nadzir Jamsaren Kediri (dosen di Institut Tribakti kediri dan beliau adalah satu-satunya saudara syekh Mundzir yang masih hidup), Thoha Nadzir Jawa Tengah.
Syekh Mundzir adalah sosok gemar menulis, beliau penulis yang ulet di antara karya beliau adalah: kitab fafirru ilalloh, lubabul hadits, cerita syekh subakir, tanwirul qori’, an-nuqthah, mushhaf al qur’an dengan tulisan tangan yang belum sempat beliau selesaikan hingga beliau wafat.
Semasa mudanya beliau sangat gemar mencari ilmu. Di antara kota tempat beliau ngangsu kaweruh adalah Kota Malang, Jogja, Lirboyo Kediri dan daerah di Jawa Tengah.
Beliau menikah dengan Ummu Kulsum dan dikaruniai 3 putra, yakni: Hasan Karbala, Husein Qubailah dan ‘Athoillah.
Dan akhirnya beiau wafat kemudian istrinya, Ummi Kulsum dinikahi oleh adik beliau Ilham Nadzir. Beliau mempunyai banyak nama laqob -nama julukan-, di antaranya adalah مُنْهَمِر karena terinspirasi dari ayat al-Qur’an فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ (QS: Al Qomar: 11) , dan مُنَاجَة singkatan dari منذر نذير من جاوى تيمور.
Beliau dimakamkan di belakang Masjid Al-Huda Desa Ketami Kediri (wakaf Bapak Shodaqoh).
Posting Komentar