Pengertian Ilmu Badi’

Pengertian Ilmu Badi’
Pengertian Ilmu Badi’

Pengertian Ilmu Badi’

Ilmu Badi’ menurut bahasa adalah aneh. Sedangkan menurut istilah ialah :
علم يعرف به وجوه تحسين الكلام بعد رعاية المطابقة ووضوح الدلالة
Yaitu ilmu untuk mengetahui cara-cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara tujuan yang lain (muthobaqoh dan wudhuhud dilalah). Kemudian cara membentuk kalam yang baik itu ada dua macam, yaitu dengan memperhatikan lafadz dan maknanya. (Abdurrahman al-ahdhori, 2009. 118)

Menurut ahli balaghah secara istilah: ilmu untuk mengetahui segi-segi memperindah kata setelah memperhatikan ketersesuaiannya dengan muqthada’ hal dan kejelasan makna yang dimaksud.

Sedagkan menurut pendapat lain Pengertian Ilmu Badi’ adalah :
البديع عو علم يعرف به الوجوه والمزايا التي تزيد الكلام حسنا وطلاوة وتكسوه بهاء ورونقا بعد مطابقته لمقتضى الحال
Artinya: “Ilmu badi‘ ialah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui bentuk-bentuk dan keutamaan-keutamaan yang dapat menambah nilai keindahan dan estetika suatu ungkapan, membungkusnya dengan bungkus yang dapat memperbagus dan mepermolek ungkapan itu, disamping relevansinya dengan tuntutan keadaan” (al-Hasyimi, 1960: 360)

Secara garis besar, ilmu badi’ ini mempelajari aspek-aspek yang berkaitan dengan keindahan bahasa. Ilmu Badi’ merupakan penghias lafadz atau makna dengan bermacam-macam corak kehidupan lafadz dan makna.

Kesimpulannya, ilmu badi’ dibagi menjadi dua, yaitu: muhassinat maknawiyah yang bertujuan untuk memperindah makna (konsentrasi pada makna), baru kemudian pada lafadz. Yang kedua, muhassinat lafdziyah yang memfokuskan pada segi memperindah lafadz, baru kemudian pada makna.

Jadi objek kajian ilmu badi’ Menurut Imam Akhdhari ilmu badî’ adalah :
a.         ilmu untuk mengetahui cara membentuk kalam yang baik sesudah memelihara muthâbaqah dan kejelasan dalâlah-nya.
b.        Ilmu badî’ membahas tata cara memperindah suatu ungkapan, baik pada aspek lafazh maupun pada aspek makna.
c.         Ilmu ini membahas dua bidang utama, yaitu muhassinât lafzhîyyah dan muhassinât ma’nawiyyah

Pembagian Ilmu badi’

1.        Al-Muhassinat al-lafziyyah (keindahan lafad) adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-kata lebih indah dan enak untuk didengar dari segi lafaz atau artikulasi bunyinya.
2.        Jinas (keselarasan bunyi akhir)
3.        Iqtibas (kutipan indah luar biasa)
4.        Saja’ (harmonisasi bunyi bukan makna)
5.        Al-Muhassinat al-ma’nawiyyah (keindahan makna) adalah gaya bahasa yang memberikan keindahan pada aspek makna atau semantik dalam sebuah ungkapan.
6.        Tauriyah (bersembunyi dibalik kesamaran makna)
7.        Thibaq (perkawinan dua kata yang kontras)
8.        Al-muqabalah (sebuah perbandingan awal dan akhir)
9.        Husn at-Ta’lil (memberi argumentasi yang lucu)
10.    Ta’kid al-madh bima yusybih az-zam (mempertegas pujian dengan nuansa hinaan)
11.    Ta’kid az-zam bima yusybih al-madh (mempertegas hinaan dengan nuansa pujian)
12.    Uslub al-hakim (gaya orang bijak)

Pengaruh Ilmu badi’ terhadap kalam

Ilmu badi’ sebenarnya telah dikenal oleh bangsa Arab sejak zaman Jahiliyah dan Islam yang terdapat dalam kalam Arab. Ungkapan-ungkapan yang mereka keluarkan secara spontan dan otomatis, dan mereka tidak bermaksud atau dengan sengaja mengucapkan kata-kata yang bernilai badi’. Hal ini disebabkan oleh jiwa atau rasa mereka yang asli adanya bakat dalam diri mereka. Kemudian ketika suatu  kota atau peradaban semakin berkembang, muncullah banyak penyair , dan diantara mereka ada salah seorang penyair yang piawai dan memiliki kedalaman makna, utamanya dalam bahasa Arab, dia adalah Abdullah bin Mu’taz. Ia adalah orang yang pertama kali  meletakkan dasar ilmu ini dan mengarang kitab yang diberi judul “Badi”. Didalamnya membahas tentang isti’arah, jinas, muthobiqoh, raddul ‘ajzi ‘ala shudur, dan madzhab kalam.

Menurut Ahmad Qolasy: ilmu badi’ ini mengutamakan pada segi  memperindah dan mempercantik lafadz, seperti memberi hiasan bunga-bunga dan  kancing pada pakaian pengantin setelah dijahit, atau memvernis ukiran setelah bangunan selesai dibangun, intinya tahap akhir secara keseluruhan.

Menurut al-Hasyimi: badi’ secara bahasa: temuan yang belum ada sebelumnya. Badi’ diambil dari kata: bada’ syai’ wa abda’ahu (menciptakan sesuatu dan mengadakannya), temuan atau ciptaan yang tidak ada contoh sebelumnya). Sedang secara istilah “Ilmu Badi’ ialah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui bentuk-bentuk dan keutamaan-keutamaan yang dapat menambah nilai keindahan dan estetika suatu ungkapan, membungkusnya dengan bungkus yang dapat memperbagus dan mepermolek ungkapan itu, disamping relevansinya dengan tuntutan keadaan”.

Ilmu badi’ ini membahas bagaimana mengetahui cara membentuk kalam (kalimat) yang indah sesudah memelihara kesesuaian (dengan situasi dan kodisi) dan kejelasan maknanya. Kemudian cara membentuk kalam yang baik itu ada dua macam, yaitu dengan memperhatikan lafadz dan maknanya. Maka, ilmu badi’ ini mengkaji Al- Muhassinat al-lafziyyah dan Al- Muhassinat al-ma’nawiyyah, oleh karena itu fungsinya adalah untuk merias kata dan makna menjadi indah, sehingga ungkapan yang keluar akan mengandung makna yang mendalam. (Yuyun Wahyudin, 2007. 8)

Disamping itu juga, dapat memperbagus bahasa yang digunakan pada saat berbicara.


Jadi, Ilmu Badi’ merupakan pengetahuan tentang seni sastra, Penemu ilmu ini adalah Abdullah bin Mu’taz. llmu ini ditujukan untuk menguasai seluk beluk sastra sehingga memudahkan seseorang dalam meletakkan kata-kata sesuai tempatnya. sehingga kata-kata tadi menjadi indah, sedap didengar dan mudah diucapkan.