Pengertian Ilmu Arudh

Sejarah dan Pengertian Ilmu ‘Arudh serta Analisa terhadap Syair Abu Nawas
Sejarah dan Pengertian Ilmu ‘Arudh serta Analisa terhadap Syair Abu Nawas

Sejarah Ilmu Arudh

Awal Mula Lahirnya Ilmu Arudh


Menurut sejarah, penemu ilmu arudh adalah Syaikh Kholil bin Ahmad an-Nanhwy al-Basry al-Azdary al-Farohidy.

Syekh as-Syamaniy pernah mengatakan bahwa Imam Kholil merupakan figur intelektual yang sangat perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Menurutnya, tidak ada seorang pun yang perhatiannya melebihi Imam Kholil.

Dalam kehidupan sehari-hari, beliau selalu hidup asketis (zuhud) dan menjaga diri dari perbuatan tidak baik yang tercela. Imam Kholil merupakan salah satu guru dari Imam Sibaweh.

Syaikh Kholil mendapat ilham (inspirasi) untuk menyusun ilmu ‘Arudh ketika beliau ada di kota Makkah.

Hal ini disinyalir pemberian nama ‘Arudh karena ada unsur tafa-ul atau melihat adanya pertanda baik dengan Ka’bah yang ada di tengah-tengah (arab: ‘Arudh) kota Makkah.

Dikatakan bahwa yang memotivasi Imam Kholil untuk mendalami ilmu tersebut adalah bahwa pada suatu ketika orang-orang arab mulai berpaling meninggalkan Imam Kholil, dan belajar kepada muridnya yang bernama Imam Sibaweh.

Keberadaan Imam Kholil seakan-seakan tidak lagi diperhitungkan oleh masyarakat waktu itu.

Peristiwa ini membuat Imam Kholil tergugah untuk menyendiri dan menyepi, memohon kepada Allah swt. agar dikaruniai sebuah ilmu yang tidak pernah dimiliki orang lain. Do’a beliau akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT.

Perkembangan Ilmu Arudh

Sejak awal diperkenalkan oleh Imam Kholil, ilmu ‘Arudh menjadi ilmu yang mengukur keindahan dan kebenaran pembuatan sastra arab.

Hal ini terus berlanjut hingga pertengahan abad kedua Hijriyah. Setelah itu banyak ulama yang turut memperhatikan perkembangan ilmu ini.

Sebagian dari mereka menguraikan kaidah yang diperkenalkan Imam Kholil, memperluas keterangannya, meringkas, dan lain sebagainya.

Sejak saat itulah banyak ulama yang juga menulis ilmu ‘Arudh. Di antanya
  1. Al-Akhfas al-Ausat (sekitar tahun 215 H)
  2. Al-Abbas Muhammad bin Yazid al-Mubarrad (kira-kira tahun 285 H)
  3. Ibnu Kisan (kira-kira tahun 310 H)
  4. Ibnu Siraj (kira-kira tahun 316 H)
  5. Ibnu Abdu Rabah (kira-kira 328 H)
  6. Zajaji (kira-kira tahun 340 H)
  7. Shahib bin Ibad (kira kira tahun 385 H)
  8. Abu al- Fatah bin Jany(kira-kira tahun 392 H)
  9. Jauhary (kira-kira tahun 400 H)
  10. Khotib at-Tibrizy (502 H)
  11. Zamahksary (kira-kira tahun 538 H)
  12. Ibnu Hajib (kira-kira 646 H)
  13. Damaminy (kira kira tahun 827 H).

Pengertian Ilmu Arudh

Secara etimologi Arud berarti daerah, jalan di kaki bukit dan sepadan. Sedangkan menurut arti terminologi arud adah sebuah ilmu yang mempelajari lantunan-lantunan syair dari segi nadanya sesuai dengan pola yang sudah dirumuskan yang mana lantunan lagu syair yang sesuai dengan polanya dinamakan Bahar.

Adapun bahar dalam ilmu arudh itu ada 16 macam dengan lantunan dan masing-masing pola yang berbeda satu sama lainnya. Bahar-bahar tersebut adalah :
١. البحر الطويل
   فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن   #    فعولن مفاعيلن فعولن مفاعيلن
٢. البحر المديد
   فاعلاتن فاعلن فاعلاتن   #   فاعلاتن فاعلن فاعلاتن
٣. البحر البسيط
   مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن   #   مستفعلن فاعلن مستفعلن فاعلن
٤. البحر الوافر
   مفاعلتن مفاعلتن فعولن   #    مفاعلتن مفاعلتن فعولن
٥. البحر الكامل
   متفاعلن متفاعلن متفاعلن   #   متفاعلن متفاعلن متفاعلن
٦. البحر الهزج
   مفاعيلن مفاعيلن   #   مفاعيلن مفاعيلن
٧. البحر الرجز
   مستفعلن مستفعلن مستفعلن   #     مستفعلن مستفعلن مستفعلن
٨. البحر الرمل
   فاعلاتن فاعلاتن فاعلن   #   فاعلاتن فاعلاتن فاعلن
٩. البحر السريع
   مستفعلن مستفعلن فاعلن   #   مستفعلن مستفعلن فاعلن
١٠. البحر المنسرح
   مستفعلن مفعولات مستفعلن   #   مستفعلن مفعولات مستفعلن
١١. البحر الخفيف
   فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن   #   فاعلاتن مستفعلن فاعلاتن
١٢. البحر المضارع
   مفاعيلن فاعلاتن      #      مفاعيلن فاعلاتن
١٣. البحر المقتضب
   مفعولات مستفعلن    #    مفعولات مستفعلن
١٤. البحر المجتثّ
   مستفعلن فاعلاتن      #      مستفعلن فاعلاتن
١٥. لبحر المتقارب
   فعولن فعولن فعولن فعولن    #    فعولن فعولن فعولن فعولن
١٦. البحر المتدارك
   فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن    #   فاعلن فاعلن فاعلن فاعلن
    
Inilah jumlah bahar yang ada dalam ilmu arudh beserta pola dan lantunannya. Ini merupakan rumus dalam mencari dan menentukan sebuah syair apakah masuk dalam kategori bahar tersebut walaupun nanti dalam polanya ada sedikit perubahan disesuaikan dengan pola kata-kata dalam syairnya.

Analisa Syair Abu Nawas ( الاعتراف )

Dalam proses menganalisa sair maka harus berpedoman pada rumus bahar yang ada 16 di atas beserta pola dan lantunannya. Untuk menentukan apakah syair ini masuk kedalam salah satu bahar tersebut perlu adanya taqti’ yaitu pemotongan perkata atau bahkan setengah kata ataupun lebih disesuaikan dengan pola dari masing-masing bahar.
الاعتراف

1. إلهي لس/ت للفردو/س أهلا#ولا أقوى/ على نار ال/جحيم
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن #مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة / # معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Oh tuhanku aku tidak pantas menjadi penduduk surga firdaus-Mu # Namun aku juga tidak kuat menjadi penduduk neraka jahanam-Mu.

البيان :
- اللام فى " مفاعلَتن " لابد لها أن تكون مفتوحة ولكنها فى هذا الشعر مسكنة لمناسبة كلمة الشعر بعد التقطيع. و هذا الأمر يسمى بالعصب ( إسكان خامس الجزء متحركا ) و هذا الوزن يسمى بالمعصوبة.
- النون فى " فعولن " آخر السطر الثاني محذوفة لمناسبة كلمة الشعر بعد التقطيع.
و هذا الأمر يسمى بالقبض ( حذف خامس الجزء ساكنا ) و هذا الوزن يسمى بالمقبوضة.
- العصب و القبض من أنواع الزحاف المفرد.
الزحاف المفرد adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata syair setelah di taqti’ yang menyebabkan lebih cepat dalam melantunkannya karena pengurangan huruf dari rumus pola yang sudah ditentukan atau pengurangan harokatnya dengan mensukun huruf yang berharokat.

2. فهب لي تو/ بة و اغفر/ ذنوبي # فإنك غا/ فر الذنب ال/عظيم
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن # مفاعلَتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة / # / معصوبة / مقبوضة
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku # maka sesungguhnya engkau adalah sang pengampun dosa yang besar.

3. ذنوبي مث/ ل أعداد ال/ رّمال # فهب لي تو/ بة يا ذا ال/ جلال
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول # مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / معصوبة / مقبوضة # معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Dosa-dosaku laksana jumlah butiran-butiran padi # maka terimalah taubatku wahai sang pemilik kemuliaan.

4. و عمري نا/ قص فى ك/لّ يوم # و ذنبي زا/ ئد كيف اح/ تمالي
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن # مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعولن
معصوبة / معصوبة / # معصوبة / معصوبة /
Umurku berkurang setiap hari # sedangkan dosaku bertambah bagaimana aku menanggungnya.

5. إلهي عب/ دك العاصي/ أتاك # مقرّا بال/ ذّنوب و قد/ دعاك
مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول # مفاعلْتن / مفاعلتن / فعول
معصوبة / معصوبة / مقبوضة # معصوبة / / مقبوضة
Wahai tuhanku hamba-Mu yang maksiat ini menghadap kehadiran-Mu # dan mengakui dosa-dosanya serta berdoa kepada-Mu.

6. و إن تغفر/ فأنت لذا/ ك أهل # و إن تطرد/ فمن يرحم/ سواك
مفاعلْتن / مفاعلتن / فعولن # مفاعلْتن / مفاعلْتن / فعول
معصوبة / / # معصوبة / معصوبة / مقبوضة
Dan jika engkau mengampuni maka engkau ahli dalam hal itu # namun jika engkau menolak ( tidak mengampuni ) maka siapa yang akan memberikan rahmat selain engkau.

Dari analisa syair Abu Nawas di atas melalui proses taqti’ serta penyesuaian dengan pola dan lantunan nada-nadanya dapat disimpulkan bahwa bahar yang digunakan pada syair tersebut adalah بحر وافر. Dan gejala yang terjadi pada syair ini ada dua hal yang merupakan bagian dari macam الزحاف المفرد yaitu : العصب و القبض.