Metode Pembelajaran Qawaid (Gramatika) Bahasa Arab

Metode Pembelajaran Qawaid Bahasa Arab

Pengertian Metode Qawaid (Gramatikal)

Metode tata bahasa dalam pembelajaran bahasa Arab adalah dengan cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghafal aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa arab yang mencakup nahwu sharaf. Metode ini juga sering disebut dengan metode tradisional dan metode tata bahasa ini sangat kuat berpegang pada disiplin mental dan pengembangan intelektual.

Metode Pembelajaran Qawaid Bahasa Arab

Kelebihan

Kelebihan dari metode gramatikal adalah sebagai berkut:
  1. Siswa terbiasa menghafal kaidah-kaidah tata bahasa asing yang sangat diperlukan untuk mampu bercakap-cakap dalam bahasa asing yang benar, dan mampu menulis dengan betul.
  2. Melatih mental disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.
  3. Bagi guru tidak terlalu sulit menerangkan metode ini, karena kemampuan percakapan tidak diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika/ tata bahasa yang baik maka pengajaran dapat dilaksanakan.

Kekurangan

Adapun kekurangan gramatikal adalah sebagai berikut:
  1. Secara didaktis dan psikologis, metode ini bertentangan dengan kenyataan. Bahwa penguasaan bahasa seseorang tidaklah didahului dengan pengajaran gramatika/ tata bahasa terlebih dahulu, tetapi melalui peniruan ucapan/ percakapan.
  2. Penguasaan gramatika/ tata bahasa tidak dengan sendirinya menguasai percakapan. Oleh sebab itu anak didik menjadi pasif, bertahun-tahun bahkan lebih dari 10 tahun belajar bahasa asing (Arab dan Inggris) tak bisa juga.
  3. Dapat membosankan/ jenuh terutama apabila guru tidak dapat menyajikan pelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.

Metode Pengajaran Qawa’id

Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks, terutama buku Arab klasik.

Ciri metode ini adalah:
  1. Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa), kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
  2. Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab – bahasa ibu).
  3. Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
  4. Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
  5. Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa atau mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan yang telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al – itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan tren / gaya bahasa masa klasik.

Adapun pengajaran nahwu sharaf (Qowa’id) yang lebih efektif, yaitu:
  1. Guru hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan pengertian anak didik.
  2. Pada contoh-contoh yang diberikan itu, hendaklah ditulis di papan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertiannya.
  3. Pada saat guru menjelaskan maksud san pengertian materi pelajaran nahwu sharaf, pengertian siswa penuh terpusat kepada materi.

Adapun macam-macam metode pembelajaran qawaid bahasa arab sebagai berikut:

1. Metode deduktif (الطريقة القياسية)

Metode qiyas atau deduktif (analogi) adalah metode (cara) mengajarkan nahwu yang dimulai dengan pemaparan kaidah-kaidah lalu diikuti dengan pemberian contoh-contoh. Metode ini termasuk metode yang tertua dalam pengajaran ilmu nahwu, meskipun metode ini sudah lama tetapi masih dipergunakan dalam pengajaran bahasa Arab dan Departemen Pendidikan di negara Arab.Metode deduktif bentuk-bentuk kata dan pola-pola kalimat diambil dari bahan bacaan, dan diuraikan segi-segi tata bahasa baik mengenai sharaf maupun nahwu.

Metode al-Qiyas (deduktif) adalah cara mengajarkan nahwu yang terlebih dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan.

Teknik penyajian metode al-qiyas (deduktif) dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Pemaparan kaidah-kaidah, yaitu guru menuliskan di papan tulis dengan terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh para siswa dan secara berulang-ulang dan akhirnya para siswa dapat menghafalnya dan memahaminya.
  2. Pemaparan contoh-contoh, yakni guru menjelaskan posisi kaidah-kaidah yang terdapat contoh-contoh sehingga siswa dapat memahaminya, kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, setelah jam pelajaran akan berakhir guru memberikan tugas-tugas kepada para siswa untuk diselesaikan di rumah di luar jam pelajaran yang telah ditentukan, baik dalam bentuk tugas mandiri maupun kelompok.
Dalam penggunan metode ini terdapat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. 

Kelebihan

Kelebihannya adalah siswa dapat memahami kaidah-kaidah melalui contoh-contoh yang telah dijelaskan oleh guru pada jam pelajaran, sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas-tugasnya di luar jam pelajaran. 

Kekurangan

Kelemahannya adalah siswa dibebani penghafalan kaidah-kaidah tanpa menguasai perbendaharaan kosa kata dan guru terbebani kaidah-kaidah yang harus dituliskan di papan tulis.

2. Metode Induktif (الطريقة الاستقرائية)

Metode istiqra’i disebut juga metode induktif atau metode Herbert karena dia menggunakan metode ini.Metode ini mulai dipergunakan di sekolah-sekolah negara Arab ketika delegasi Arab dari Eropa kembali ke negara mereka pada awal abad ke XX.

Dalam proses belajar mengajar metode ini dimulai dari pemaparan contoh-contoh dengan memperbanyak latihan-latihan yang dimulai dari bahagian (juz’i) untuk sampai kepada generalisasi atau kaidah-kaidah yang umum.Pendukung metode ini berpendapat bahwa metode inilah yang paling alamiah yang dilalui oleh pemikiran untuk sampai kepada pengetahuannya dan membuka tabir yang terselubung dan menjelaskan hal-hal yang kabur, dan metode ini guru sebagai penuntun atau supervisor.Dan sikap para siswa sangat positif karena mereka berusaha sendiri untuk memahami kaidah-kaidah yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut dan siswalah yang melaksanakan praktek bahasa.

Metode penyajian metode istiqra’i (induktif) adalah:

a. Tehnik Penyajian I: yakni dengan pemaparan contoh-contoh kemudian kaidah-kaidah. Pemaparan ini disebut juga pemaparan contoh-contoh yang bervariasi atau contoh yang beragam, cara pemaparan contoh yang berlainan disebabkan karena terkadang contoh-contoh yang dipaparkan sangat bervariasi dan tidak ada kaitannya dengan contoh yang lain.

Berkaitan dengan keterangan tersebut di atas, maka metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihan,yaitu guru kelas dapat memilih contoh-contoh yang mudah dan membantu guru dalam proses belajar mengajar dan mempermudah serta mempercepat pemahaman para siswa terhadap kaidah-kaidah karena mereka telah memahaminya melaui contoh-contoh yang telah dijelaskan. Sedangkan kelemahannya adalah dalam penyajian materi banyak dijumpai siswa yang lari pada jam pelajaran, karena siswa menganggap proses belajar mengajar tidak tepat dan sulit untuk diketahui dan dipahami karena pemberian contoh-contoh yang bervariasi dan beragam dan tidak berkaitan antara satu dengan yang lain.

b. Tehnik Penyajian II: yaitu metode pemaparan teks (nas) kemudian contoh-contoh disusul dengan kaidah-kaidah nahwu.

Metode pemaparan teks (nas) ini disebut juga metode uslub-uslub atau metode teks (nas) yang sudah terkorelasi semuanya. Dengan judul-judul yang terambil dari bahan sejarah, kesusasteraan Arab, surat kabar harian atau majalah mingguan, bulanan yang khususnya membicarakan tema-tema aktual yang sedang terjadi, di depan mata siswa dan didengarnya secara langsung.

Metode ini dalam proses belajar mengajar mempunyai tehnik-tehnik penyajian antara lain sebagai berikut:
  1. Guru menerangkan dan menjelaskan teks-teks bacaan tersebut dan mengeluarkan contoh-contoh yang difokuskan pada materi nahwu dan menjelaskan kaidah-kaidah yang terdapat dalam bacaan tersebut.
  2. Hendaknya para siswa banyak mengajukan pertanyaan pada guru agar dapat menyelesaikan teks-teks bacaan yang ada.

Kelebihan

Kelebihan metode ini adalah siswa merasakan korelasi atau hubungan yang kuat dengan bahasa Arab yang sedang dipelajarinya dan mampu membandingkan ciri-ciri khusus i’rabdalam teks-teks bacaaan lain. Sekaligus sebagai pendorong bagi siswa untuk mencintai dan memahami ilmu nahwu, sehingga menghasilkan cara menta’bir yang benar yang menjadikan siswa semakin mantap dalam memahami bahasa Arab.

Kekurangan

Kelamahannya adalah guru dibebani membuat bagian satuan pelajaran dan tidak memperlihatkan ushlub-ushlub, bahkan apa yang dianggapnya baik dari semula, dan terkadang para guru terpaksa memperpanjang bagan-bagan tersebut sampai mampu memaparkan contoh seluruh aspek qawaid/kaidah-kaidah dan bahagian-bahagiannya.