Pengertian Athaf (Ma'thuf dan Ma'thuf Alaih) Dengan Contoh Lengkap

Ma’thuf dan ma’thuf alaih | Huruf Athaf
Pengertian Athaf
Athaf adalah isim yang mengikuti isim sebelumnya dengan melalui perantara huruf athaf. Isim tabi’nya disebut dengan ma’thuf ilaih dan matbu’nya disebut dengan ma’thuf. Ma’thuf ilaih mengikuti ma’thuf pada irabnya saja.
Huruf Athaf
Contoh:
اِشْتَرَيْتُ كِتَابًا وَقَلَمًا
Artinya: Saya membeli buku dan pulpen.
Kata (قَلَمًا) merupakan ma’thuf ilaih kepada kata (كِتَابًا) dengan perantara huruf athaf (وَ). Kedua kata tersebut irabnya nashab.
Huruf Athaf
Huruf athaf atau huruf sambung ada 9. Berikut akan dijelaskan huruf-huruf athaf dilengkapi contoh:
1. Wau (و)
Artinya “dan” dan menunjukan makna mutlaqul jam’i yaitu menyelaraskan ma’thuf dan ma’thuf ilaih. Hal ini menunjukkan bahwa:
• Antara ma’thuf dan ma’thuf ilaih punya kedudukan yang sama.
• Mendahulukan ma’tuf mengakhirkan ma’tuf alaih.
• Menambah atau menggabungkan ma’thuf ulaih dengan ma’thuf.
Contoh:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا وَإِبْرَاهِيْمَ
صَلَّى الإِمَامُ وَالْمَأْمُوْمُفِي الْمَسْجِدِ
Artinya:
Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim
2. Fa’ (ف)
Artinya “kemudian”. Menunjukkan makna tartib dan tidak dipisah oleh waktu yang lama.
Contoh:
حَضَرَ أَحْمَدُ فَأَبُوْهُ
Artinya:
Ahmad datang kemudian ayahnya.
Maksudnya Ayah Ahmad datang setelah Ahmad secara berurutan dan tidak diselingi waktu yang lama.
3. (ثُمَّ)
Artinya “kemudian”. Menunjukkan makna tartib (urutan) tapi dipisah oleh waktu yang lama.
Contoh:
مَاتَ الرَّشِيْدُ ثُمَّ الْمَأْمُوْنُ
Artinya:
Telah meninggal Ar-Rasyid kemudian Al-Ma’mun
Maksudnya Al-Ma’mun meninggal setelah beberapa lama setelah Ar-Rasyid.
4. (أَوْ)
Artinya “atau”. Menunjukkan makna takhyir yakni pilihan antara ma’thuf atau ma’thuf ilaih.
Contoh:
اِقْرَأِ الجَرِيْدَةَ أَوِ الْمَجَلَّةَ
Artinya:
Bacalah koran atau majalah
5. (أَمْ)
Artinya “atau”. Faidahnya untuk ta’yin yaitu untuk menentukan antara ma’thuf atau ma’thuf ilaih. Biasanya diawali hamzah istifham.
Contoh:
أَأَخُوْكَ أَحْمَدُ أَمْ مَحْمُوْدٌ؟
Artinya:
Apakah saudaramu itu Ahmad atau Mahmud?
6. (لَا)
Artinya “bukanlah”. Fungsinya adalah menafikan ma’thuf ilaih.
Contoh:
يَنْجَحُ الْمُجْتَهِدُ لاَ الْكَسْلاَنُ
Artinya:
Orang yang bersungguh-sungguh akan sukses bukan orang malas.
Maksudnya orang yang akan sukses itu adalah orang yang bersungguh-sungguh dan bukanlah orang yang malas.
7. (لَكِنْ)
Artinya “melainkan” atau “akan tetapi”. Fungsinya merupakan kebalikan dari (لَا). Syaratnya harus didahului oleh nafi atau nahyi.
Contoh:
مَا قَرَأْتُ الدَّرْسَ لَكِنِ القُرْآنَ
Artinya:
Saya tidak membaca pelajaran melainkan Al-Qur’an.
8. (بَلْ)
Artinya sama dengan (لَكِنْ) apabila didahului nafi atau nahyi. Diartikan “bahkan” jika sebelumnya amr atau kalimat positif.
لاَ تُصَاحِبْ الْكَسْلاَنَ بَل الْمُجْتَهِدَ
لِتَجْلِسْ هَادِءًا بَلْ مَصْغِيًا
Artinya:
Janganlah berteman dengan orang yang malas, melainkan dengan orang yang sungguh-sungguh.
Hendaklah kamu duduk bahkan dengarkan!
9. (حَتَى)
Artinya “hingga” atau “sampai”. Syaratnya bahwa ma’thuf ilaih merupakan bagian dari ma’thuf.
Contoh:
رَكِبْتُ كُلَّ الْوَسَائِلِ حَتَّى الطَّيَارَةِ
Artinya:
Saya naik semua alat transportasi sampai pesawat terbang.
Tambahan!
Mengathafkan Dhamir
1. Dhamir munfashil bisa langsung diathafkan dengan isim zhahir. Contoh:
أَنَا وَمَحْمُوْدٌ صَدِيْقَانِ
2. Dhamir muttashil marfu yang diathafkan harus ditaukidkan terlebih dahulu. Contoh:
صَلَيْتُ أَنَا وَمَحْمُوْدٌ فِي الْمَسْجِدِ
3. Dhamir muttashil manshub yang diathafkan dengan dhamir lagi harus ada penyambungnya. Contoh:
أُوْصِيْكُمْ وِإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
4. Dhamir muttashil manshub bisa langsung diathafkan dengan isim zhahir. Contoh:
رَأَيْتُكَ وَأَبَاكَ فِي الْمَسْجِدِ
5. Dhamir yang majrur bila diathafkan dengan dhamir lagi harus mengulangi yang mengkasrahkannya, baik huruf jar atau mudhafnya. Contoh:
بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ
هَذَا مِنْكَ وَمِنْهُ
Mengatafkan Fi’il dan Jumlah
Mengathafkan fi’il sama dengan mengathfakan jumlah dengan jumlah. Adapun dalam mengathafkan jumlah dengan jumlah ada beberapa ketentuan:
• Boleh mengathafkan fi’il dengan fi’il lagi dengan syarat sama dalam hal zaman, baik itu madhi, hal atau mustaqbalnya, seperti:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ. إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (At-Tin: 4-6)
• Apabila yang fi’il yang diathafkan didahului nafi atau nahyi maka harus mengulangi nafi atau nahyinya. Contoh:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْلَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
Artinya: “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlash: 3-4)
• Sama kedudukan i’rabnya
... لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ
Artinya: “untuk berbuat kerusakan serta merusak tanaman-tanaman dan ternak.” (Al-Baqarah: 205)
• Terdapat kesamaan bentuk kalam khabar atau insya’i
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik berada dalam kenikmatan sementara orang-orang jahat berada dalam neraka Jahim” (Al-Infithar :13-14)
• Ada hubungan makna
فَالْمُغِيْرَاتِ صُبْحًا  فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
Artinya: “dan kuda yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu padi, sehingga menerbangkan debu, (Al-‘Adiyat” 3-4).
Itulah sekilah tentang pembahasan athaf dari segi ilmu nahwu. Mohon masukan dan koreksinya! Semoga bermanfaat! Amin.