Bab 15 : Zhonna dan Saudara-saudaranya Kitab Alfiyah
Bab Zhonna dan Saudara-saudaranya Kitab Alfiyah
5 min read
ظَنَّ وَأَخَوَاتُهَا
Zhonna dan saudara-saudaranya
اِنْصِبْ
بِفِعْلِ الْقَلْبِ جُزْأَي ابْتِدَا أَعْنِي رَأَى خَالَ عَلِمْتُ وَجَدَا
Nashabkanlah sebab Fi’il Qulub
terhadap dua juz ibtida (Mubtada dan Khabar), yakni aku maksudkan adalah:
Ro’aa, Khoola, ‘Alima, Wajada.
ظَنَّ
حَسِبْتُ وَزَعَمْتُ مَعَ عَدّ حَجَا دَرَى وَجَعَلَ اللَّذْ كَاعْتَقَدْ
Zhonna, Hasiba dan Za’ama,
berikutnya ‘Adda, Hajaa, Daroo, juga Ja’ala yg seperti arti I’taqada
(mempercayai).
وَهَبْ
تَعَلَّمْ وَالَّتِي كَصَيَّرَا أَيْضَاً بِهَا انْصِبْ مُبْتَداً وَخَبَرَا
dan Hab, Ta’allam, juga yg
searti dg lafazh Shoyyaro nashabkanlah juga dengannya terhadap mubtada’ dan khobar.
KETERANGAN BAIT KE 1,2,3 :
Bagian Bab dari fiil-fiil
nawasikh ZHONNA Cs, menashabkan mubtada’ dan khobar sebagai dua maf’ulnya.
Fi’il-fi’il pada bab ini
terbagi dua, Af’aalul Quluub dan Af’aalut Tahwiil.
AF’AALUL QULUUB
Secara makna berarti pekerjaan-pekerjaan
yg ada dalam hati seperti mengetahui, meyakini, menyangka, dll. Af’aalul Quluub
dalam hal ini terbagi menjadi empat bagian:
1.
Berfaedah YAQIIN (meyakinkan ketetapan khobar), yaitu:
a.
WAJADA. Contoh:
إنّا
وجدناه صابرا
Sesungguhnya Kami dapati dia
(Ayyub) seorang yang sabar
b.
TA’ALLAM. Contoh:
تعلم
أن الربا بلاء
Ketahuilah sesungguhnya harta
riba adalah petaka
c.
DAROO. Contoh:
وَلَا
أَدْرَاكُمْ بِهِ
dan Allah tidak (pula)
memberitahukannya kepadamu
2.
Berfaedah RUJHAAN (lebih cenderung pada meyakinkan
ketetapan khobar), yaitu:
a.
JA’ALA (bima’na beri’tikad) contoh:
وجعلوا
الملائكة الذين هم عباد الرحمن إناثاً
Dan mereka menjadikan
malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah
sebagai orang-orang perempuan
b. HAJAA, contoh:
حجوت الجوَّ بارداً
Aku memperkirakan cuaca dingin
c.
‘ADDA, contoh:
عددت الصديقَ أخاً
Aku menganggap teman itu
sebagai saudara
d. HAB, contoh:
فقلت أجرني أبا مالك # وإلا فهبني أمرأً هالكاً
Aku Cuma mampu berkata: berilah
aku kesempatan sekali lagi wahai Abu Malik! Jika tidak maka anggaplah aku
sesuatu yg binasa.
e. ZA’AMA, contoh:
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا
Orang-orang yang kafir berdalih
bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
3. Umumnya berfaedah
YAQIIN terkadang juga faedah RUJHAAN yaitu:
a.
RO’AA, contoh:
إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا
Sesungguhnya mereka memandang
siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin
terjadi). (RO’AA pertama berfaedah RUJHAAN dan RO’AA kedua berfaedah YAQIIN).
b. ‘ALIMA, contoh:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah.
4.
Umumnya berfaedah RUJHAAN terkadang juga faedah YAQIIN
yaitu:
a.
ZHONNA, contoh Rujhaan:
فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا
lalu Fir’aun berkata kepadanya:
“Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir.”
Contoh
Yaqiin:
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ
(yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya
b. KHOOLA, contoh:
خِلتُ الدراسةَ مُتعةً
Aku menyangka belajar itu
adalah bersenang-senang.
c. HASIBA, contoh:
حسب المهملُ النجاحَ سهلاً
Orang iseng mengira kesuksesan
itu mudah.
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
Dan janganlah sekali-kali kamu
(Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang
yang zalim
AF’AALUT-TAHWIIL
Secara makna menunjukkan pada
perubahan sesuatu, yakni merubah dari satu keadaan kepada keadaan yg lain. Oleh
karenanya dinamakan juga AF’AALUT-TASHYIIR, karena semua kata kerja pada bagian
ini mempunyai arti SYUYYIRO (menjadikan). Yaitu:
1.
JA’ALA, contoh:
جعلت الذهب خاتماً
Aku jadikan emas itu sebuah
cincin.
وقدمنآ إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هبآء منثورا
Dan kami hadapi segala amal
yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
berterbangan.
2.
RODDA, contoh:
رَدّتِ الاستقامةُ الوجوهَ المظلمة نيرةً
Istiqomah mengembalikan jalan
kegelapan kepada terang benderang
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman,
jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya
mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman
3.
TAROKA, contoh:
تركت
الطلاب يبحثون في المسألة
Aku membiarkan siswa-siswa itu
membahas suatu masalah.
وتركنا
بعضهم يومئذ يموج في بعض
Kami biarkan mereka di hari itu
bercampur aduk antara satu dengan yang lain,
4. ITTAKHODA, contoh:
اتخذت
طالبَ العلم صديقاً
Aku jadikan pelajar itu sebagai
teman.
واتّخذ
الله إبراهيم خليلا
Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayanganNya
5.
SHUYYIRO, contoh:
صيرت
الزجاج لامعاً
Aku jadikan kaca itu menjadi
cermin.
6. HAB, contoh:
وهبني
الله فداء الحق
Semoga Allah menganugerahiku
Fidaaul-haqq (balasan/tebusan kepada yg haq).
وَخُصَّ بِالْتَّعْلِيْقِ وَالإِلْغَاء مَا مِنْ قَبْلِ هَبْ
وَالأَمْرَ هَبْ قَدْ أُلْزِمَا
Hukum Ta’liiq dan Ilghaa’ hanya
dikhususkan untuk Saudara-saudara Zhonna yg disebut sebelum HAB! (lihat redaksi
Bait-bait sebelumnya). Dan untuk HAB! Ditetapkan pada bentuk amarnya saja
(tidak mutasharrif)
كَذَا تَعَلَّمْ وَلِغَيْرِ الْمَاضِ مِنْ سِوَاهُمَا اجْعَلْ كُلَّ
مَا لَهُ زُكِنْ
Seperti juga TA’ALLAM! (sama
dengan HAB!). Dan pada bentuk selain fi’il madhi (Zhonna Cs) selain HAB dan
TA’ALLAM, jadikanlah semua hukum yg biasa berlaku pada fi’il madhinya.
KETERANGAN BAIT KE 4,5
Telah disebutkan pada
keterangan bait sebelumnya bahwa fi’il-fi’il pada bab ini terbagi menjadi
AF’ALUL QULUB dan AF’ALUT-TAHWIL.
AF’ALUL QULUB dalam bab ini,
ada yg mutasharrif dan ada yg tidak mutasharrif. Fiil yg mutasharrif selain HAB
dan TA’ALLAM.
Selain bentuk fi’il madhi dari
fi’il-fi’il mutasharrif tersebut mengamal sebagaimana hukum pengamalan yg biasa
berlaku untuk fi’il madhinya. Sedangkan HAB dan TA’ALLAM tidak diberlakukan
kecuali bentuk Amarnya.
Diberlakukan juga secara khusus
pada fi’il-fiil qulub yg mutasharrif yaitu hukum TA’LIQ dan ILGHA’:
TA’LIQ adalah: meninggalkan
pengamalan secara lafazh bukan secara makna (mengamal secara Mahal/Maqom)
dikarenakan ada lafazh yg menjadi pencegah (MAANI’). Contoh:
“ZHONANTU LA ZAIDUN QOOIMUN”
Yg menjadi pencegah dalam
contoh ini adalah huruf LAM.
ILGHA’ adalah: meninggalkan
pengamalan secara lafazh dan makna tanpa adanya MAANI’ (lafazh pencegah amal).
Contoh:
“ZAIDUN ZHONANTU QOOIMUN”…
وَجَوِّزِ الإِلْغَاء لاَ فِي الإبْتِدَا وَانْوِ ضَمِيْرَ الشَّانِ
أَوْ لاَمَ ابْتِدَا
Perbolehkan menghukumi Ilgha
(ZHONNA CS – AF’ALUL QULUB MUTASHARRIF) yang bukan berada di awal kalimat.
Dan mengiralah dhamir syaen
atau lam ibtida’…
فِي مُوهِمٍ إِلْغَاء مَا تَقَدَّمَا وَالْتَزِمِ الْتَّعْلِيْقَ
قَبْلَ نَفْي مَا
…didalam perkataan seorang
Muhim (anggapan benar) terhadap hukum Ilgha-nya yg ada di awal kalimat.
Dan wajibkanlah menghukumi
Ta’liq padanya yg berada sebelum MAA NAFI, …
وَإِنْ وَلاَ لاَمُ ابْتِدَاءٍ أَوْ قَسَمْ كَذَا وَالاسْتِفْهَامُ
ذَا لَهُ انْحَتَمْ
IN NAFI dan LAA NAFI, demikian
juga LAM IBTIDA atau LAM QOSAM. Adapun ta’liq juga wajib dikarenakan ada
ISTIFHAM.
KETERANGAN BAIT KE 6,7,8
Tiga bait diatas menerangkan
hukum ILGHA dan TA’LIQ pada ZHONNA dan saudara-saudaranya yg berupa Af’aalul
Qulub yg mutasharrif.
Hukum ILGHA (pembatalan amal
secara lafzhan dan mahallan) karena berada di tengah atau di akhir kalimat.
Contoh:
AS-SIDQU ‘ALIMTU NAAFI’UN
AS-SHIDQU NAAFI’UN ‘ALIMTU
“Aku tahu kejujuran itu
bermanfa’at”.
Apabila ada kalam wahem yg
meng-ilgha-kan padahal ia ada di awal kalimat, maka dihukumi menyimpan dhamir
syaen atau lam ibtida’, contoh:
‘ALIMTU AS-SHIDQU NAAFI’UN
Takdir dhamir syaen :
‘ALIMTU HU ASSHIDQU NAAFI’UN
Takdir lam ibtida’:
‘ALIMTU LASSHIDQU NAAFI’UN
Hukum TA’LIQ (pembatalan amal
secara lafzhan bukan mahallan). Dikarenakan ada Mani’ atau pencegah. Pencegah
tersebut berupa:
1. Huruf nafi (MAA, IN dan LAA)
contoh:
وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ
وَيَعْلَمَ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِنَا مَا لَهُمْ مِنْ
مَحِيصٍ
وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا
2. Lam Ibtida’ contoh:
وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ
خَلَاقٍ
3. Lam Qosam contoh:
علمت ليحاسبن المرء على عمله
4. Istifham, contoh:
لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى
وَإِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ أَمْ بَعِيدٌ مَا تُوعَدُونَ
لِعِلْمِ عِرْفَانٍ وَظَنَ تُهَمَهْ تَعْدِيَةٌ لِوَاحِدٍ
مُلْتَزَمَهْ
Bagi lafazh ‘ILMUN (yg
mempunyai arti) ‘IRFAANUN (mengenal) dan ZHONNUN (yg mempunyai arti) TUHAMATUN
(menuduh), lazimnya muta’addi pada satu maf’ul.
وَلِرَأَى الْرُّؤيَا انْمِ مَا لِعَلِمَا طَالِبَ مَفْعُوْلَيْنِ
مِنْ قَبْلُ انْتَمَى
Dan bagi lafazh RO-A (yg
mempunyai arit RU-YAA (bermimpi) golongkanlah! pada hukum golongan lafazh
‘ALIMA dengan menuntut dua maf’ul, sebagaimana disebutkan pada bait sebelumnya
(lihat disini awal bait bab zhanna CS).
وَلاَ تُجِزْ هُنَا بِلاَ دَلِيْلٍ سُقُوْطَ مَفْعُوْلَيْنِ أَوْ
مَفْعُوْلِ
Di sini (bab zhanna CS)
janganlah kamu memperbolehkan membuang dua maf’ul ataupun satu maful dengan
tanpa adanya dalil (yakni boleh apabila ada dalil/penunjukan lafazh)
وَكَتَظُنُّ اجْعَلْ تَقُوْلُ إِنْ وَلِي مُسْتَفْهَماً بِهِ وَلَمْ
يَنْفَصِلِ
Jadikanlah untuk lafazh TAQUULU
(berbentuk fi’il mudhari’ mukhathab) berlaku seperti hukum TAZHUNNU, jika ia
mengiringi langsung adat istifham dengan tidak terpisah…. < ke bait
berikutnya >
بِغَيْرِ ظَرْفٍ أَوْ كَظَرْفٍ أَوْ عَمَلْ وَإِنْ بِبَعْضِ ذِي
فَصَلْتَ يُحْتَمَلْ
Selain terpisah oleh Zhorof
atau yg serupa Zhorof (jar-majrur) atau ma’mulnya. Jika kamu pisahkan dengan
sebagian pemisah ini, maka pemisahan ini dibenarkan.
وَأُجْرِيَ الْقَوْلُ كَظَنَ مُطْلَقَا عِنْدَ سُلَيْمٍ نَحْو قُلْ
ذَا مُشْفِقَا
Juga lafazh QAUL diberlakukan
seperti hukum ZHANNA secara mutlak (tanpa syarat) demikian menurut logat Bani
Sulaim, contoh: QUL! DZAA MUSYFIQAN
Posting Komentar