Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)
Cara menulis hamzah di awal, di tengah, dan di akhir
Berbeda dengan huruf hijaiyah lainnya, hamzah mempunyai kaidah tersediri dalam penulisannya. Hamzah bisa ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau mandiri (seperti kepala ain). Di bawah ini akan dijelaskan cara penulisan hamzah dalam kaidah imla’ dan juga rasm utsmani.
Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

1. Hamzah di awal kata

Ketika hamzah berada di awal kata, maka di tulis dalam bentuk alif, baik hamzah qatha maupun hamzah washal. Perbedaanya kalau menulis hamzah qatha harus ada kepala hamzahnya (ء) di atas alif ketika berharakat fathah dan dhammah serta berada di bawah alif ketika berharakat kasrah. Sedangkan menulis hamzah washal berbentuk alif saja tanpa ada kepada hamzah.
Contoh hamzah qatha:
أَنْعَمْتَ – أُنَاسٌ - إِكْرَامٌ
Contoh hamzah washal:
اَلْأَنْهَارُ - اِبْنٌ - اُنْصُرْ

2. Hamzah di tengah

Hamzah ketika berada di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah, dhammah, fathah dan sukun. Ditulis dalam bentuk ya’ apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk wau apabila mengacu pada harakat dhammah; ditulis dalam bentuk alif apabila mengacu pada harakat fathah. Adapula ditulis hamzah mandiri dalam keadaan tertentu. Artinya kemungkinan penulisannya hamzah di tengan berbentuk:
ئ – ؤ – أ - ء
Berdasarkan kekuatan urutan harakat, maka bisa diuraikan:

a. Hamzah di atas ya’ (ئ)

Hamzah ditulis berbentuk ya’ apabila:
Berharakat kasrah
Hamzah ditulis di atas kursi huruf ya’ apabila berharakat kasrah dan huruf sebelumnya bisa berharakat apapun. Contoh:
سُئِلَ –– تُنْشِئِيْنَ – تَطْمَئِنُّ - إِسْرَائِيْلُ
Huruf sebelumnya berharakat kasrah
Huruf sebelum hamzah berharakat kasrah dan hamzahnya berharakat apapun. Contoh:
سَيِّئَةٌ –يُنَبِّئُكُمْ - فِئْرَانٌ
Hamzah setelah ya’ mad atau ya’ layin
Contoh:
بِيْئَةٌ - هَيْئَةٌ

b. Hamzah di atas wau (ؤ)

Hamzah di tengah ditulis di atas kepala wau apabila:
Hamzah berharakat dhammah sebelumnya dhammah
رُؤُوْسٌ - كُؤُوْسٌ
Hamzah berharakat dhammah sebelumnya fathah
يَبْدَؤُهَا - مَؤُوْنَةٌ
Hamzah berharakat dhammah sebelumnya sukun
نِسَاؤُكُمْ - تَفَاؤُلٌ
Hamzah berharakat fathah sebelumnya dhammah
مُؤَنَّثٌ - سُؤَالٌ
Hamzah sukun sebelumnya dhammah
مُؤْمِنٌ – رُؤْيَةٌ

c. Hamzah di atas alif (أ)

Hamzah berharakat fathah sebelumnya fathah
سَأَلَ - مُكَفَأَةٌ
Hamzah berharakat fathah sebelumnya sukun
فَجْأَةٌ - مَرْأَةٌ
Hamzah sukun sebelumnya fathah
يَأْخُذُ - بَأْسٌ
Hamzah yang dibaca mad
Meskipun sebelumnya dhammah atau kasrah, hamzah yang dibaca panjang (ada madnya) ditulis dalam bentuk alif.
الْقُرْآنُ - مَبْدَآنِ

d. Hamzah mandiri (ء)

Hamzah ditulis mufradah atau mandiri ketika berharakat fathah dan sebelum ada alif atau wau mad. Contoh:
تَسَاءَلُ - مَمْلُوْءَةٌ

3. Hamzah di akhir

Penulisan hamzah di ujung kata adalah disesuaikan dengan harakat huruf sebelumnya.
a. Ditulis dalam bentuk alif apabila sebelumnya fathah
قَرَأَ - مُبْتَدَأٌ
b. Ditulis dalam bentuk wau apabila sebelumnya dhammah
لُؤْلُؤٌ - يَجْرُؤُ
c. Ditulis dalam bentuk ya’ apabila sebelumnya kasrah
قَارِئٌ - بُدِئَ
d. Ditulis dalam bentuk mandiri apabila sebelumnya sukun
مِلْءٌ – مَاءٌ – سُوْءٌ – بَرِيْءٌ - شَيْءٌ

4. Tambahan

Apabila hamzah berharakat tanwin fathah atau disambungkan dengan alif tatsniyah, maka ditulis di atas ya’ apabila huruf sebelumnya bisa disambung. Contoh:
شَيْءٌ - شَيْئًا - شَيْئَانِ
دِفْءٌ - دِفْئًا – دِفْئَانِ
Apabila huruf sebelumnya tidak bisa disambungkan, maka hamzah ditulis mandiri. Contoh:
ضَوْءٌ - ضَوْءًا - ضَوْءَانِ
جُزْءٌ - جُزْءًا - جُزْءَانِ
Hamzah yang berharakat fathatain dan sebelumnya adalah alif, maka tidak memakai alif. Contoh:

مَاءً - بِنَاءً

5. Hamzah dalam rasm utsmani

Penulisan hamzah di Al-Qur’an ada beberapa yang keluar dari ketentuan di atas diantaranya:
Maryam: 74
أَحْسَنُ أَثثًا وَرِءْيًا (رِئْيًا)
Al-Ma’arij: 13
وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُئْوِيْهِ (تُؤْوِيْهِ)
Al-Isra: 60
.... وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلاَّ فِتْنَةً لِّلنَّاسِ ... (الرُّؤْيَا)
Sekian dan demikian. Semoga bermnafaat.